Minggu, 13 Oktober 2019

Published Oktober 13, 2019 by with 0 comment

Perilaku Pelaku Ekonomi

1. KONSUMEN

Konsumen adalah orang atau badan usaha yang melakukan kegiatan konsumsi. Konsumsi bukan hanya berarti makan dan minum, tetapi juga menyangkut berbagai kegiatan lain yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup. Konsumsi merupakan kegiatan mengunakan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan atau memuaskan keinginan. Dengan kata lain, suatu barang akan dikonsumsi oleh manusia jika barang tersebut berguna untuk memenuhi kebutuhan hidupnya atau memuaskan keinginan.

Apakah yang dimaksud dengan guna barang dan nilai barang, berikut penjelasannya:

a. Guna Barang
Ada beberapa bentuk kegunaan dari suatu barang yang Anda gunakan saat ini, diantaranya:
  1. Kegunaan Bentuk (Form Utility), Suatu barang akan lebih berguna jika diubah dari bentuk asalnya. Misalnya kayu menjadi perabotan rumah tangga atau benang menjadi kain.
  2. Kegunaan Tempat (Place Utility), Suatu barang akan lebih berguna jika berada pada tempat yang tepat. Misalnya pakaian tebal digunakan di tempat yang berhawa dingin.
  3. Kegunaan Kepemilikan (Ownership Utility), Suatu barang akan lebih berguna jika telah dimiliki atau disewa oleh orang yang membutuhkan. Misalnya, buku pelajaran di toko buku tidak mempunyai nilai guna, tetapi jika dimiliki oleh pelajar akan berguna untuk meningkatkan kepandaian dan pengetahuan. Komputer yang masih berada di toko elektronik tidak mempunyai nila  guna sebelum komputer tersebut dibeli dan dimanfaatkan untuk mempermudah pekerjaan manusia seperti mengetik naskah atau mendesain gambar.
  4. Kegunaan Waktu (Time Utility), Suatu barang akan bermanfaat jika digunakan pada waktu yang tepat. Misalnya, jas hujan digunakan pada saat hujan.
  5. Kegunaan Pelayanan (Service Utility), Suatu barang akan lebih berguna jika dapat memberikan jasa. Misalnya televisi atau radio akan berguna jika ada siarannya.
  6. Kegunaan Dasar (Elementary Utility), Suatu barang akan mengalami peningkatan setelah diolah dari bahan dasar atau bahan baku menjadi barang jadi. Misalnya, kapas sebagai bahan dasar pembuatan benang dan benang sebagai bahan dasar kain.
b. Nilai Barang
Suatu barang atau jasa dapat dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan manusia jika mempunyai guna dan nilai. Berguna mempunyai arti bahwa barang tersebut dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Karena itu, manusia selalu berusaha untuk meningkatkan kegunaan suatu barang. Semakin banyak guna barang maka semakin tinggi nilainya. Nilai suatu barang dan jasa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Nilai Pakai

a) Nilai Pakai Objektif
Suatu barang dikatakan mempunyai nilai pakai objektif jika barang dan jasa tersebut dapat digunakan untuk memenuhi atau memuaskan kebutuhan manusia pada umumnya. Misalnya makanan dan minuman mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia. Buku pelajaran
bermutu mempunyai kemampuan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan.

b) Nilai Pakai Subjektif
Suatu barang dikatakan mempunyai nilai pakai subjektif apabila seseorang memberikan penilaian terhadap barang yang digunakannya. Hal ini mengakibatkan nilai pakai subjektif setiap orang berbeda-beda, tergantung kemampuan barang tersebut memberikan kepuasan dalam memenuhi kebutuhan. Misalnya, bagi seorang petani, cangkul sangat dibutuhkan dalam kegiatan pertanian sehingga mempunyai nilai pakai yang tinggi. Bagaimana dengan seorang dokter? Apakah cangkul juga termasuk barang yang sangat dibutuhkannya? Bagi seorang dokter, cangkul tidak dibutuhkan, sehingga mempunyai nilai pakai yang rendah.

2) Nilai Tukar

a) Nilai Tukar Objektif
Nilai tukar objektif merupakan kemampuan suatu barang untuk dapat ditukarkan dengan barang jenis lain. Misalnya, jasa pemetikan kelapa ditukar dengan imbalan berupa sepertiga bagian kelapa hasil petikannya. Artinya, jasa pemetik kelapa mempunyai nilai tukar objektif.

b) Nilai Tukar Subjektif
Nilai tukar subjektif merupakan nilai yang diberikan seseorang terhadap suatu barang dan jasa, karena bisa ditukar dengan barang dan jasa lainnya untuk memenuhi kebutuhan. Misalnya menurut penarik becak, jasa mengantar penumpang dari stasiun menuju pasar Rp 5.000,00, tetapi menurut calon penumpang hanya senilai Rp 3.000,00. Dengan demikian, nilai tukar atas jasa mengayuh becak adalah nilai tukar subjektif, menurut penilaian masing-masing kebutuhan.

Besar kecilnya konsumsi seseorang atau suatu rumah tangga ditentukan oleh faktorfaktor sebagai berikut.

a. Pendapatan
Untuk memperoleh barang-barang konsumsi diperlukan pengorbanan berupa uang yang berasal dari penghasilan atau pendapatan. Tingkat pendapatan berpengaruh terhadap besarnya konsumsi yang dilakukan. Pada umumnya, semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang, semakin banyak pula barang dan jasa yang dapat dikonsumsi. Sebaliknya, konsumen yang berpendapatan rendah biasanya tidak banyak melakukan kegiatan konsumsi karena daya belinya rendah.

b. Tingkat Harga
Apabila harga-harga kebutuhan hidup meningkat, konsumen harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk mendapatkannya. Atau, konsumen dapat mengantisipasinya dengan mengurangi jumlah pembelian. Hal ini perlu dilakukan apabila kenaikan harga tersebut tidak diikuti oleh naiknya pendapatan. Dengan kata lain, kenaikan harga barang akan menurunkan tingkat konsumsi. Dan apabila harga barang menurun, tingkat konsumsi konsumen akan naik. Hal ini juga berlaku untuk tingkat harga barang substitusi.

c. Ketersediaan Barang dan Jasa
Meskipun konsumen memiliki uang untuk membeli, ia tidak dapat mengonsumsi barang yang diinginkan jika barangnya tidak tersedia. Misalnya, ketika pasokan gas elpiji terhambat, jumlah gas elpiji yang tersedia di pasaran berkurang sehingga banyak konsumen yang tidak dapat mengonsumsinya.

d. Selera
Keputusan seorang konsumen untuk mengonsumsi suatu barang dan jasa sangat ditentukan oleh seleranya. Apabila ia sangat menyukai suatu barang, maka ia akan dengan senang hati membeli barang tersebut meskipun harganya relatif mahal. Sebaliknya, apabila ia tidak menyukai, mustahil ia bersedia mengeluarkan sejumlah uang untuk membelinya.

e. Lingkungan Sosial Budaya
Masyarakat di berbagai daerah memiliki lingkungan sosial budaya yang berbedabeda. Hal ini menimbulkan adanya pola perilaku masyarakat yang berbeda pula, sehingga muncul berbagai macam kebutuhan, sesuai dengan kebiasaan masyarakat yang bersangkutan. Kondisi lingkungan sosial budaya dapat meliputi adat istiadat, kebiasaan, agama, keyakinan, atau aturan-aturan masyarakat. 

Misalnya dalam masyarakat Jawa, peristiwa hidup seperti kelahiran, perkawinan, dan kematian harus
disertai rangkaian upacara selamatan. Ritualritual yang berkaitan dengan adat sangat bervariasi dalam masyarakat. Hal ini akan meningkatkan permintaan akan barang tertentu. Upacara adat ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk membeli bahan pokok seperti beras, telur, gula pasir, sayur-mayur, dan sebagainya.

f. Prakiraan Harga di Masa Datang
Prakiraan harga di masa datang akan mempengaruhi keputusan untuk pengeluaran konsumsi saat ini. Apabila seorang konsumen memprakirakan bahwa harga suatu barang akan naik di masa yang akan datang, maka ia akan cenderung membeli saat ini sebelum harganya benar-benar naik. Misalnya, ketika pemerintah mengumumkan rencana kenaikan harga BBM, maka masyarakat akan berbondong-bondong membeli bahkan menimbun BBM sebelum harganya benar-benar naik. Sebaliknya, apabila konsumen memprakirakan harga akan turun, ia akan menunda konsumsi sampai harga benar-benar turun.

Faktor-faktor lain seperti pendidikan, tempat tinggal (di desa atau kota), jumlah anak dalam keluarga, usia keluarga, dan sebagainya juga mempengaruhi tingkat konsumsi. Faktor psikologis yang mempengaruhi konsumen dalam memilih barang atau jasa yang dikonsumsi, dipengaruhi oleh empat faktor psikologi, yaitu:

a. Motivasi
Motif atau dorongan adalah kebutuhan yang cukup menekan untuk mengarahkan seseorang mencari kepuasan. Perusahaan dapat melakukan pendekatan ini dengan memberikan pemahaman yang menarik mengenai hubungan antara konsumen dengan merek barang atau jasa yang mereka beli. Teknik riset motivasi ini menyediakan cara yang fl eksibel dan bervariasi untuk memperoleh pemahaman akan motivasi di balik tingkah laku konsumsi konsumennya.

b. Persepsi
Persepsi adalah proses yang dilalui orang dalam memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan informasi guna membentuk gambaran yang berarti mengenai sesuatu hal. Orang dapat membentuk persepsi berbeda dari rangsangan yang sama karena tiga macam proses penerima indra, yaitu perhatian yang selektif, distorsi selektif, dan ingatan selektif. Karena dari tiga hal tersebut, perusahaan harus bekerja keras untuk menyampaikan image akan produk atau jasa yang mereka tawarkan. Hal yang menarik adalah perusahaan kebanyakan khawatir mengenai apakah ada yang menerima penawaran produk mereka sedangkan konsumen khawatir bahwa mereka akan dipengaruhi oleh image perusahaan.

c. Pengetahuan
Kalau orang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam tingkah laku individual yang timbul dari pengalaman. Apabila pengalaman yang didapat menyenangkan maka akan diperoleh tindakan, konsumen akan membeli kembali produk tersebut.

d. Keyakinan akan Sikap
Melalui tindakan dan pembelajaran, orang akan mendapatkan keyakinan dan sikap. Hal ini yang akan mempengaruhi tingkah laku konsumen. Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu. Sedangkan sikap menguraikan evaluasi, perasaan, dan kecenderungan dari seseorang terhadap suatu objek atau ide yang relatif konsisten.

Perusahaan cenderung berkeyakinan bahwa konsumen yang merumuskan mengenai spesifi kasi produk dan jasa. Karena keyakinan ini menyusun citra produk dan merek yang mempengaruhi tingkah laku konsumen dalam membeli barang dan jasa. Apabila ada sebagian keyakinan yang salah dan menghalangi pembelian, perusahaan harus berusaha untuk mengoreksinya. 

Dengan memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi, munculah perilaku dari konsumen berikut:

a. Perilaku Konsumen Rasional
Suatu konsumsi dapat dikatakan rasional apabila memperhatikan hal-hal berikut ini:
• Barang yang dikonsumsi dapat memberikan kegunaan optimal bagi konsumen.
• Barang tersebut benar-benar diperlukan oleh konsumen.
• Mutu dan kualitas barang terjamin.
• Harga barang/jasa sesuai dengan kemampuan konsumen itu sendiri.

b. Perilaku Konsumen Tidak Rasional
Suatu konsumsi dapat dikatakan tidak rasional apabila konsumen tersebut membeli atau mengkonsumsi barang tanpa dipikirkan terlebih dahulu kegunaannya. Misalnya alasan membeli barang tersebut hanya karena:
• Tertarik oleh promosi atau iklan di media cetak maupun elektronik.
• Ingin memiliki merek yang sudah dikenal banyak konsumen.
• Tertarik dengan adanya bursa obral atau bonus-bonus dan diskon.
• Memberi barang hanya karena prestise atau gengsi.

Teori Perilaku Konsumen
Kegiatan suatu perekonomian merupakan gabungan kegiatan setiap orang. Pada materi ini akan membahas perilaku individu sebagai konsumen. Individu sebagai konsumen akan mengonsumsi berbagai macam barang dan jasa untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya.

Individu konsumen yang rasional akan melakukan pilihan terhadap barang-barang dan paling tinggi. Teori yang menganalisis perilaku individu konsumen ini dinamakan teori perilaku konsumen. Ada dua pendekatan (teori) yang dapat menjelaskan perilaku konsumen, yaitu:

a. Teori Nilai Guna Kardinal (Cardinal Theory)
Menurut teori ini, kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat diukur dan dinyatakan secara kuantitatif. Sedangkan, satuan kegunaan (utility) yaitu util. Keputusan untuk mengonsumsi suatu barang berdasarkan perbandingan antara manfaat yang diperoleh dengan biaya yang harus dikeluarkan.

Pola Hidup Hemat
Setiap saat Anda mengonsumsi barang dan jasa. Sadarkah Anda dengan hal itu?
Alangkah baiknya, jika barang dan jasa itu selalu Anda catat. Mengapa demikian?
Dengan catatan itu Anda akan mengetahui besarnya pengeluaran selama satu bulan.  Kegiatan mencatat jenis atau jumlah barang dan jasa yang dikonsumsi selama satu bulan akan dapat mengendalikan tingkat konsumsi. Apabila hal itu sudah Anda lakukan, Anda dapat memilah-milah barang-barang yang sangat diperlukan dan barang yang kurang diperlukan pada masa mendatang.
Adapun ciri-ciri seseorang atau keluarga berpola hidup boros seperti di bawah ini.
  1. Mempunyai sifat konsumtif, yaitu cenderung membeli barang konsumsi yang harganya mahal dan kurang bermanfaat atau kurang begitu penting.
  2. Kurang atau tidak memikirkan kehidupan masa depan dan cenderung mencari kesenangan belaka.
  3. Cenderung mementingkan penampilan lahiriah. Sebagai alternatif jangka pendek, Anda bisa mengatur pengeluaran keluarga Anda. Tidak ada salahnya mengatur pengeluaran menurut prioritasnya. Artinya, Anda bisa mengelompokkan pengeluaran menurut kebutuhannya. Kemudian belilah barangbarang yang memang dibutuhkan terlebih dahulu, dan sedapat mungkin menunda pembelian barang-barang yang tergolong mewah.
Berikut langkah-langkah dalam mengatur pengeluaran menghadapi kenaikan harga barang.
  • Cobalah membeli barang secara grosir untuk mendapatkan harga yang lebih murah. Salah satu tempat yang menjual barang secara grosir adalah di pusat perkulakan, selain itu tempat lain yang bisa didatangi adalah toko-toko yang harganya bisa ditawar. Hal ini dengan pertimbangan harga yang lebih murah dibanding bila membelinya di toko eceran.
  • Jadikan harga sebagai salah satu faktor utama dalam memilih tempat berbelanja, apalagi berbelanja barang kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Ini karena barang-barang kebutuhan sehari-hari adalah kebutuhan yang harus dibeli secara rutin dan berulang. Sehingga bila Anda membelinya di tempat yang mahal, maka selisih harganya akan sangat terasa dibanding Anda membelinya di tempat yang lebih murah.
  • Membeli barang yang memang dibutuhkan terlebih dahulu. Bedakan antara keinginan dan kebutuhan. Cobalah membeli barang yang memang dibutuhkan lebih dahulu. Setelah itu kalau memang masih diperlukan, membeli barang yang memang diinginkan. Jadi, kenapa tidak memprioritaskan uang Anda ke barangbarang yang memang dibutuhkan?
  • Jangan membeli barang hanya karena iklan.

Cobalah untuk tidak membeli barang hanya karena terbujuk iklan, tetapi karena Anda memang mencari barang tersebut dan memang membutuhkannya. Iklan dibuat agar Anda membeli, bukan sekadar memberi Anda informasi. Jadi, dalam melakukan kegiatan konsumsi seorang konsumen harus bertindak secara rasional. Rasional atau tidaknya seorang konsumen dalam melakukan tindakan konsumsi sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, tingkat kedewasaan, dan kematangan emosional. Karena tiga hal tersebut akan sangat mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang tepat, bijaksana dan teliti dalam memilih akan membantu konsumen untuk menekan pengeluarannya sehingga konsumen tidak bersifat boros.

2. PRODUSEN

Adanya barang-barang untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi manusia tidak dapat lepas dari proses produksi. Produksi adalah kegiatan menghasilkan barang dan jasa. Produksi sangat berkaitan dengan nilai guna suatu barang. Orang hanya akan membuat barang-barang yang berguna. Maka, produksi dapat juga disebut kegiatan menambah nilai guna suatu barang. Orang yang melakukan produksi dinamakan dengan produsen Supaya dapat melakukan kegiatan produksi, seorang produsen membutuhkan faktor produksi. Tanpa faktor-faktor produksi, pembuatan suatu barang dan jasa tidak bisa berjalan. Kelangsungan proses produksi sangat ditentukan oleh keahlian pengusaha. Apa tujuan seorang produsen dalam berproduksi? Jawabannya keuntungan. Namun, tidak semua produsen menggunakan cara yang etis untuk mencapai tujuannya. Berbagai kasus yang terjadi membuat masyarakat mempertanyakan masalah etika. Etika dalam bisnis merupakan hal yang penting sehingga tidak ada pihak-pihak yang dirugikan. Bagi produsen, etika juga sangat penting. Karena bila ia tidak memegang etika dalam jangka panjang ada kemungkinan orang lain tidak mau bekerja sama dengannya. Dalam hal ini produsen dapat menempuh dengan cara seperti di bawah ini.

a. Memperhatikan Kelestarian Ekologi (Lingkungan Hidup)
Dalam kegiatan produksi, produsen harus menjaga kelestarian lingkungan, yang diperhatikan adalah ada tidaknya unsur pencemaran atau perusakan lingkungan mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi, serta akibat dari penggunaan produk tersebut. Misalnya, produsen sabun menghasilkan produk yang dapat diurai secara alamiah. Sehingga apabila sabunnya digunakan, tidak menyebabkan pencemaran air. 

b. Memperhatikan Perundang-undangan yang Berlaku Produsen harus mematuhi
perundang-undangan, baik yang menyangkut lingkungan hidup, perlindungan konsumen, maupun undang-undang persaingan usaha yang sehat. Sedapat mungkin produsen tidak memanfaatkan kelemahan peraturan yang ada demi kepentingan pribadinya.

c. Tidak Mengeksploitasi Sumber Daya Secara Berlebihan Selain memanfaatkan
sumber alam, pemanfaatan juga berlaku untuk sumber daya manusia. Perusahaan akan berusaha semaksimal mungkin memanfaatkan kemampuan tenaga kerjanya namun harus diingat bahwa kemampuan manusia ada batasnya. Ada baiknya jika tenaga kerja mendapatkan fasilitas dan balas jasa sesuai dengan haknya.


APRESIASI 

  • pilih "PARESIASI" untuk mengisi absensi 
  • apresiasi yang tidak sesuai dengan perintah tidak dihitung sebagai absensi
      edit

0 komentar:

Posting Komentar